Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Wabah Korona

RA Fauzan
4 min readMay 29, 2020

Wabah yang disebabkan oleh virus yang tidak bisa dilihat oleh manusia sedang menyerang seluruh dunia termasuk Indonesia. Banyak warga yang terkena serangan virus korona, ada yang berhasil menyelamatkan dirinya dari virus berbahaya tersebut. Namun, ada juga beberapa yang kalah dalam melawan virus yang bertipe RNA ini. Selain itu, belum ditemukannya vaksinasi untuk menghentikan efek penyerangan virus COVID 19 membuat penyebaran virus ini tidak terkendali, sehingga menyebabkan berbagai efek yang merugikan individu hingga suatu negara bahkan hingga dunia. Berikut adalah beberapa kerugian yang tidak terkait kesehatan yang timbul akibat korona yang menyerang dunia ini.

Virus Korona

1. Transportasi publik tidak selalu bisa diandalkan

Semenjak virus ini menyerang, beberapa operasional dari transportasi publik yang ada di Indonesia diminimalisir. Seperti Transjakarta yang menutup beberapa rutenya. Sebut saja T11 atau 6M atau 10H ditiadakan untuk menghindari menyebarluasnya virus korona di sekitar Jabodetabek. Selain itu juga, moda transportasi yang masih beroperasi harus menaati protokol kesehatan yang berlaku, dimana penumpang maksimal yang bisa menaiki transportasi tersebut hanya 50% dari jumlah maksimumnya saja. Hal ini membuat kapasitas pengangkutan orang dari suatu tempat ke tempat lainnya menurun.

Rute TransJakarta yang beroperasi saat PSBB per 26 Mei 2020

Pembatasan transportasi publik tentu membuat pengguna setianya kebingungan untuk melakukan kegiatan sehari-harinya. Bagi yang berada dekat dengan tempat tujuannya, mereka memiliki pilihan menggunakan transportasi online. Tetapi, bagi yang rumahnya jauh dengan tujuannya, namun tidak ada transportasi massal yang beroperasi, penggunaan transportasi online tentunya akan sangat mahal ongkosnya. Hal ini tentu bisa menambahkan beban pikiran bagi orang-orang tersebut ditambah mungkin juga orang tersebut tidak memiliki alat transportasi pribadi sama sekali.

Sebagai saran untuk menghadapi keadaan ini, disarankan untuk memiliki transportasi pribadi tentunya.

2. PHK terjadi dimana-mana

Selama pandemi korona ini, pemerintah melakukan pembatasan sosial berskala besar atau disebut PSBB. PSBB inilah membuat beberapa perusahaan tidak bisa beroperasi. Hal ini tentu saja berdampak pada penghasilan mereka yang berkurang bahkan menghilang. Hilangnya sumber pendapatan membuat perusahaan tidak bisa membayar beban gaji para karyawannya. Oleh karena itu, banyak perusahaan memangkas jumlah karyawannya untuk mengecilkan beban operasional mereka.

Sebenarnya ini dilematis, di satu sisi memang harus dilakukan, tapi di sisi lain, di saat pandemi seperti ini, perlu ada rasa kasihan. Tetapi, sebagai manusia, kita harus sebisa mungkin memikirkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Seperti rencana cadangan dimana akan bekerja. Selain itu, sebisa mungkin buat portofolio pekerjaan yang bisa dilakukan di rumah berdasarkan hobi seperti fotografi atau bermusik agar suatu saat nanti kita bisa memanfaatkan hobi kita tersebut sebagai pekerjaan.

3. Banyak orang yang menjadi kurang beruntung akibat korona

Banyak orang kehilangan pekerjaan akibat pandemi ini. Bisa akibat PHK atau memang ladang pekerjaan mereka menghilang. Sebut saja ada salah satu kasus di Kota Malang dimana petani rela membagikan sayur yang mereka tanam dikarenakan kekurangan permintaan. Ada juga seorang peternak ayam yang membagikan anak-anak ayamnya dikarenakan tidak mampu membesarkan mereka karena keterbatasan uang dan rendahnya harga jual ayam.

Teruntuk para pedagang yang tidak bisa menjual barangnya secara langsung, usahakan untuk menjual barangnya via online. Banyak sekali platform yang bisa dipilih untuk menjajakan dagangan. Tinggal dipilih saja mana yang sesuai dengan keinginan. Di saat korona seperti ini usahakan untuk keluar dari zona nyaman dari yang berjual secara langsung ke berjualan via online.

4. Tempat publik tidak selamanya bisa kamu nikmati

Fasilitas publik selama masa pandemi ini ditutup untuk menimimalisir penyebaran virus korona. Sebut saja seperti Gelora Bung Karno yang berada di Jakarta atau tempat-tempat kebugaran. Hal ini menyebabkan sebagian besar masyarakat tidak dapat berolahraga dan ada yang mengeluhkan bahwa tubuh mereka menjadi lebih gendut dan tidak bugar.

Sebenarnya hal itu bisa diantisipasi dengan mencoba berolahraga di rumah. Bisa melakukan skipping, yoga, atau lari di sekitar kompleks saja. Olahraga di saat pandemi ini penting mengingat olahraga bisa meningkatkan imunitas tubuh.

5. Kegiatan jual beli menjadi sulit

Sejatinya, banyak orang yang lebih memilih untuk tetap berada di dalam rumah dibandingkan untuk pergi keluar rumah karena mereka takut dengan virus ini. Perilaku masyarakat yang memilih untuk tetap di rumah tersebut membuat jumlah perdagangan tatap muka berkurang secara drastis. Hal ini juga tidak hanya terjadi di pasar tradisional namun juga di pasar modern. Pedagang mengeluhkan penghasilan mereka menurun.

Sebenarnya ada banyak aplikasi yang memudahkan untuk melakukan kegiatan jual beli. Namun adanya ongkos kirim dan harga barang yang ditawarkan lebih mahal membuat beberapa orang tidak senang berbelanja menggunakan aplikasi tersebut. Bahkan penulis pun pernah mengalaminya dimana penjual daring tidak responsif sama sekali ketika dihubungi.

Terlepas dari pandemi ini, Tuhan selalu menyelipkan pembelajaran bagi kaumnya untuk senantiasa belajar agar bisa bertahan hidup dalam menghadapi cobaan. Sanggupkah kamu untuk pergi dari zona nyamanmu untuk menjadi manusia yang lebih tangguh?

--

--

RA Fauzan

Proud to be Javanese! Full time economist and part time geologist.